Miskin, knapa malu ???

Sahur yang tadi pagi, begitu mengharu biru bagiku sendiri, Kok bisa, ya bisa wong saya terharunya karena nonton PPT sendirian, menyaksikan kemiskinannya Si Asrul dan kengototannya si Asrul untuk tidak minta bantuan ke orang yng benar-benar bisa membantunya. Benar apa yg ditulis Bu Pingkan di blognya, klo PPT betul-betul sederhana , tapi nyaman diikuti. Ini juga bukan review untuk PPT, melainkan review untuk diri saya sendiri. Ada kata-kata si Barong, yang menurut saya sangat-sangat menghentak hati saya, kira-kira begini, " Kenapa Bang Asrul harus membatasi orang yg boleh bantu dia, bikin repot diri sendiri saja " yahhhhhhhh, betul sekali, knapa harus gengsi, klo mmg butuh bantuan ? mmg karakter orang beda-beda, ada yg malu klo terus terusan minta bantuan, malu urus keterangan tidak mampu, gengsi gedhe-gedhean, padahal perut melilit. Saat itu aku begitu muak dengan sikap si Asrul yang terang-terangan menolak bantuan dr sana-sini yang jelas-jelas ada kesempatan buat bantu dia dan keluarganya.
Namun yang lebih bikin aku terhenyak, sehingga mbrebes mili, pada saat si Asrul menyampaikan wasiat ke anak-anaknya, kira-kira begini. Bahwa hanya kepada Allah Swt kita tumpahkan segala tangis dan segala kerisauan, tumpahkan segala tangis mu di sujud tahajud mu.
Sungguh ironi dengan diriku yang sombong, yang  tidak pernah bersujud yg khusyu' untuk sekedar curhat dengan Mu.
Tapi kok saya kok gak setuju dengan si Asrul yang sombong, mneolak bantaun dr Pak Jalal, padahal dia butuh. Memangnya kita harus malu klo kita miskin ? bukankah keterusterangan itu diperlukan ? Bukankah Allah memerintahkan kita untuk berikhtiar merubah nasib kita ? selain dg doa tentunya ? Bukankah dengan terus terang, mengakui klo diri kita perlu bantuan juga ikhtiar namanya ? Itu lah gunanya teman, gunanya tetangga.
Note:  Aku salut dengan dengan penulis skenarionya PPT, pilihan kata-katanya TOP